Rii
*oleh: Siti Soleha
Ada
yang berbeda dengan udara pagi ini. Kabut dipagi ini tidak seperti kabut di
pagi-pagi sebelumnya. Kabut yang dibalut dengan asap yang sangat tebal
mengganggu pernafasanku. Aku melihat lurus ke luar jendelaku. Aku melihat ada
benih kesedihan disana. Matahari yang biasanya selalu mengintip pagiku. Kini
ditutupi oleh kabut asap tersebut. Dulu, aku tinggal di desa bersama nenekku.
Namun, sekarang aku pindah dan tinggal di kota 100 pabrik bersama ayah dan ibuku.
Hari ini, hari dimana aku masik ke
sekolah baruku dikota. Aku bergegas mandi dan langsung berangkat ke sekolah.
Aku melangkah dengan penuh semangat dan berharap dapat memulai hal baik di hari
pertama aku sekolah disini. Bangunan di kiri kanan yang tinggi. Asap kendaraan
yang bertebaran dimana-mana. Sungguh aku tidak suka dengan suasana seperti
ini.
Aku telah melihat sekolahku dari
kejauhan. Mataku belum pernah diajak untuk melihat gedung sekolah yang luas dan
tinggi seperti ini. Aku terkejut. Setelah sampai di depan gerbang, ternyata gerbang
sekolah belum dibuka, padahal jarum jam sudah berada di antar angka tujuh dan
angka delapan. Alias 07:30 pagi. “astaagaaaa masa iyaa sekolah di kota jam
segini gerbang saja belum dibuka???” celetehku didalam hati. Akhirnya aku
memutuskan untuk menunggu di bawah pohon didekat gerbang. Sembaring aku
menunggu, aku melihat ada seorang laki- laki bertubuh tinggi datang dengan
tergesah gesah. Aku pun bergegas untuk menghampirinya dan berkata “ ada apa
sihh? Tergesah gesah banget?, seperti dikejar-kejar setan. Lagi pula gerbang
belum dibuka”. Dengan raut wajah yang terkejut dia hanya berkata “hah??”. “ kau
hari ini bertugas piket yaa?” dengan raut wajah yang bingung aku berkata. Dia
menjawab dengan nada yang tinggi “haah? Apa kau tauu? Kita ini sudah terlambat,
terlambat setengah jam lebih, apa kau sudah gila?”. “aaaaaaaaaaaaaa” aku
menjerit dengan nada yang sangat panik.
Matahari yang terik berada tepat di
atas kepalaku dan laki laki tinggi itu. Kami berdua di jemur di bawah tiang
bendera. Kepalaku menurunkan hujan yang membuat bajuku hampir basah. Aku berusaha untuk memecahkan suasana yang
sangat hening ini. Akhirnya aku mengulurkan tanganku ke arahnya dan berkata “
rii!!”. Dia hanya membalas perkataanku dengan memperlihatkan wajahnya yang
songong. “aaarrgghtt, terserah kamu deh mau apa, semuanya salah!!”. keadaan
saat ini telah ditutupi oleh keheningan. Namun seketika pecah ketika dia menceletehkan
kata-kata dari mulutnya yang songong itu “ ooohh, ikan terii?? Haahahha”
ucapnya dengan tertawa mengejek. “kau ini sebenarnya mau apa sihh? Semua yang
aku ucapkan selalu salah, dari mulai di depan gerbang tadi sampai…”. Dia
langsung memotong perkataanku “ memang
salah kann???”. “aarrgghtt terserahlah” jawabku dengan nada yang tinggi. “oke!!
Sekarang siapa namamu kalau bukan ikan teri?” tanyanya dengan nada mengejek.
“Riandri!” ujarku dengan singkat dan nada yang tegas. “ohh okeelahh teriii” celetehnya
dengan volume suara yang kecil. Aku tak ingin berbicara lagi. Karena, semuanya
akan sia-sia saja. Meskipun sebenarnya aku penasaran dengan namanya.
Akhirnya humukan ini berakhir sudah.
Aku lekas pergi menemui guru yang bernama bu Reni untuk menanyakan ruang
kelasku nanti. Lalu, aku diantar menuju ruang kelas yang akan aku tempati
nantinya. XII IPA 1, ternyata aku berada di kelas IPA 1. Aku masuk bersama bu
Reni. Kelas tiba-tiba menjadi sepi dan hening. aku diperkenankan untuk
memperkenalkan diri di depan kelas. Aku akhirnya memberanikan diri untuk
memperkenalkan namaku terlebih dahulu. “perkenalkan nama saya…” “ikan teri”
tiba tiba ada yang memotong kalimatku.kelas menjadi ramai dengan tertawaan.
Ternyata dia adalah laki-laki yang berwajah songong yang aku temui di depan
gerbang sekolah itu. “ahh mengapa dia…” cerumetku di dalam hati. Akhirnya aku
melanjutkan perkenalanku di depan kelas.
Aku diperkenankan untuk duduk oleh
bu Reni. Dan sialnya, satu satunya kursi yang kosong adalah kursi yang berada
di sudut kelas. Dan yang paling menyebalkan aku duduk di samping laki-laki
songong itu. “yatuhan, bencana apa lagi yang akan engkau berikan
kepadaku”hatiku berkata dengan lemas.melihat wajahku yang sangat melas itu laki
laki itu berkata “Reihan!”. Aku hanya menjulurkan lidahku keluar dengan raut
wajah yang amat teramat kesal.
Hari ini benar-benar hari yang
menyebalkan. Hari pertama aku masuk sekolah. Aku telah tertimpa masalah yang
bertubi-tubi. Tambah lagi dengan hadirnya laki-laki songong itu. Aku menggeletakkan
tubuhku di atas kasur. Saat ini aku sedang mengingat ngingat nama laki-laki
songong itu. “aarrgghhtt siapa diaa??” teriakku sangat kecang sehingga membuat
ibuku masuk ke dalam kamar dan bertanya “siapaa nak?” . aku menjawab pertanyaan
ibuku dengan kalimat singat “bukan siapa-siapa bu heheh”. “cepat turun dan
makan bersama” pinta ibuku. “siap!!” jawabku dengan tegas.
Pagi yang seram ini menyambutuku
lagi. Aku harus cepat agar aku tidak terlambat lagi. Sesampai di sekolah
beruntung gerbang belum ditutup. Nyaris saja aku terlambat lagi. Aku bergegas
masuk ke dalam ruang kelas. Karena 2 menit lagi pelajaran akan dimulai. Ada
yang aneh dengan kelas ini. Aku memikirkan hal aneh itu. Dan ternyata hal aneh
ini muncul karena laki-laki itu tidak masuk jam pertama. “kwkwk paling juga
terlambat lagi hahaha” ucapku dalam hati sambil tersenyum giarang. Lalu, aku
masuk ke dalam lamunan yang sangat panjang. Semua yang terjadi kemarin
membuatku terkekeh di dalam hati. Namun, seketika lamunanku hilang, karena laki-laki
itu menarik rambutku. “aaa” teriakku yang seketika mulutku ditutupnya karena
jam peajaran belum habis. “benar benar kau yaaa… aku tau mengapa semua orang
tidak ingin duduk bersamamu, ternyata kau selain menyebalkan juga ngeselin
banget”. “LOVE YOU” ujarnya dengan volume kecil dan membisikkannya di belakan
telingaku. Aku tercengan kebingungan akan hal itu.” Jawab saja!! “ ujarnya
dengan nada yang santai. Saat itu aku sangat bingung. Tapi senarnya laki-laki
songong ini baik juga. Seketika aku berkata “LOVE YOU TOO”. “ hahhah ternyata
kau menyukaiku hahah” kata-kata itu keluar dari mulut kampretnya itu. “siapa
juga yang suka sama kamu? Hah? Ngaca dongg kamu itu udah jelek, dekil,
kerjaannya telat mulu lagi” celetusku dengen nada tinggi. “santai.. itulah cocoknya
kita.. kita sama-sama suka telat hahha” ujarnya dengan raut wajah yang tidak
bisa ditebak.
Keesokan harinya, aku diserbu oleh
ribuan kata-kata menyebalkan darinya. “astagaaaaaaa!!” sumpahh sangat
menyebalkan. Laki-laki ini sangat menyebalkan. Dia mengirimkan ribuan kata yang
sangat membuat hatiku meleleh dan menorehkan senyum di wajahku. “baguss yaa?”
ujarnya. “bagus” ujarku.” Tenang cinta memang butuh proses, tidak perlu bingung
memikirkan jawabannya, aku hanya ingin mendengar jawabannya ketika kita telah
lulus nanti. Dari sejak bertemu denganmu aku menemukan suatu kecocokan dalam
dirimu untuk diriku” ucapnya dengan bijak. Aku hanya bisa terdiam dan jiwaku
seakan melayang. “semua tergantung pilihanmu aku hanya menunggu dan menjaga
cintaku untukmu”. Mendengar kata-kata itu sampai saat ini 10 tahun setelah
kelulusanku aku selalu bersama Reihan dan dua malaikat kecil bersama kehidupan
kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar