Jumat, 24 Oktober 2014

Rii
*oleh: Siti Soleha

Ada yang berbeda dengan udara pagi ini. Kabut dipagi ini tidak seperti kabut di pagi-pagi sebelumnya. Kabut yang dibalut dengan asap yang sangat tebal mengganggu pernafasanku. Aku melihat lurus ke luar jendelaku. Aku melihat ada benih kesedihan disana. Matahari yang biasanya selalu mengintip pagiku. Kini ditutupi oleh kabut asap tersebut. Dulu, aku tinggal di desa bersama nenekku. Namun, sekarang aku pindah dan tinggal di kota 100 pabrik  bersama ayah dan ibuku.
            Hari ini, hari dimana aku masik ke sekolah baruku dikota. Aku bergegas mandi dan langsung berangkat ke sekolah. Aku melangkah dengan penuh semangat dan berharap dapat memulai hal baik di hari pertama aku sekolah disini. Bangunan di kiri kanan yang tinggi. Asap kendaraan yang bertebaran dimana-mana. Sungguh aku tidak suka dengan suasana seperti ini. 
            Aku telah melihat sekolahku dari kejauhan. Mataku belum pernah diajak untuk melihat gedung sekolah yang luas dan tinggi seperti ini. Aku terkejut. Setelah sampai di depan gerbang, ternyata gerbang sekolah belum dibuka, padahal jarum jam sudah berada di antar angka tujuh dan angka delapan. Alias 07:30 pagi. “astaagaaaa masa iyaa sekolah di kota jam segini gerbang saja belum dibuka???” celetehku didalam hati. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu di bawah pohon didekat gerbang. Sembaring aku menunggu, aku melihat ada seorang laki- laki bertubuh tinggi datang dengan tergesah gesah. Aku pun bergegas untuk menghampirinya dan berkata “ ada apa sihh? Tergesah gesah banget?, seperti dikejar-kejar setan. Lagi pula gerbang belum dibuka”. Dengan raut wajah yang terkejut dia hanya berkata “hah??”. “ kau hari ini bertugas piket yaa?” dengan raut wajah yang bingung aku berkata. Dia menjawab dengan nada yang tinggi “haah? Apa kau tauu? Kita ini sudah terlambat, terlambat setengah jam lebih, apa kau sudah gila?”. “aaaaaaaaaaaaaa” aku menjerit dengan nada yang sangat panik.
            Matahari yang terik berada tepat di atas kepalaku dan laki laki tinggi itu. Kami berdua di jemur di bawah tiang bendera. Kepalaku menurunkan hujan yang membuat bajuku hampir basah.  Aku berusaha untuk memecahkan suasana yang sangat hening ini. Akhirnya aku mengulurkan tanganku ke arahnya dan berkata “ rii!!”. Dia hanya membalas perkataanku dengan memperlihatkan wajahnya yang songong. “aaarrgghtt, terserah kamu deh mau apa, semuanya salah!!”. keadaan saat ini telah ditutupi oleh keheningan. Namun seketika pecah ketika dia menceletehkan kata-kata dari mulutnya yang songong itu “ ooohh, ikan terii?? Haahahha” ucapnya dengan tertawa mengejek. “kau ini sebenarnya mau apa sihh? Semua yang aku ucapkan selalu salah, dari mulai di depan gerbang tadi sampai…”. Dia langsung memotong perkataanku  “ memang salah kann???”. “aarrgghtt terserahlah” jawabku dengan nada yang tinggi. “oke!! Sekarang siapa namamu kalau bukan ikan teri?” tanyanya dengan nada mengejek. “Riandri!” ujarku dengan singkat dan nada yang tegas. “ohh okeelahh teriii” celetehnya dengan volume suara yang kecil. Aku tak ingin berbicara lagi. Karena, semuanya akan sia-sia saja. Meskipun sebenarnya aku penasaran dengan namanya.
            Akhirnya humukan ini berakhir sudah. Aku lekas pergi menemui guru yang bernama bu Reni untuk menanyakan ruang kelasku nanti. Lalu, aku diantar menuju ruang kelas yang akan aku tempati nantinya. XII IPA 1, ternyata aku berada di kelas IPA 1. Aku masuk bersama bu Reni. Kelas tiba-tiba menjadi sepi dan hening. aku diperkenankan untuk memperkenalkan diri di depan kelas. Aku akhirnya memberanikan diri untuk memperkenalkan namaku terlebih dahulu. “perkenalkan nama saya…” “ikan teri” tiba tiba ada yang memotong kalimatku.kelas menjadi ramai dengan tertawaan. Ternyata dia adalah laki-laki yang berwajah songong yang aku temui di depan gerbang sekolah itu. “ahh mengapa dia…” cerumetku di dalam hati. Akhirnya aku melanjutkan perkenalanku di depan kelas.
            Aku diperkenankan untuk duduk oleh bu Reni. Dan sialnya, satu satunya kursi yang kosong adalah kursi yang berada di sudut kelas. Dan yang paling menyebalkan aku duduk di samping laki-laki songong itu. “yatuhan, bencana apa lagi yang akan engkau berikan kepadaku”hatiku berkata dengan lemas.melihat wajahku yang sangat melas itu laki laki itu berkata “Reihan!”. Aku hanya menjulurkan lidahku keluar dengan raut wajah yang amat teramat kesal.
            Hari ini benar-benar hari yang menyebalkan. Hari pertama aku masuk sekolah. Aku telah tertimpa masalah yang bertubi-tubi. Tambah lagi dengan hadirnya laki-laki songong itu. Aku menggeletakkan tubuhku di atas kasur. Saat ini aku sedang mengingat ngingat nama laki-laki songong itu. “aarrgghhtt siapa diaa??” teriakku sangat kecang sehingga membuat ibuku masuk ke dalam kamar dan bertanya “siapaa nak?” . aku menjawab pertanyaan ibuku dengan kalimat singat “bukan siapa-siapa bu heheh”. “cepat turun dan makan bersama” pinta ibuku. “siap!!” jawabku dengan tegas.
            Pagi yang seram ini menyambutuku lagi. Aku harus cepat agar aku tidak terlambat lagi. Sesampai di sekolah beruntung gerbang belum ditutup. Nyaris saja aku terlambat lagi. Aku bergegas masuk ke dalam ruang kelas. Karena 2 menit lagi pelajaran akan dimulai. Ada yang aneh dengan kelas ini. Aku memikirkan hal aneh itu. Dan ternyata hal aneh ini muncul karena laki-laki itu tidak masuk jam pertama. “kwkwk paling juga terlambat lagi hahaha” ucapku dalam hati sambil tersenyum giarang. Lalu, aku masuk ke dalam lamunan yang sangat panjang. Semua yang terjadi kemarin membuatku terkekeh di dalam hati. Namun, seketika lamunanku hilang, karena laki-laki itu menarik rambutku. “aaa” teriakku yang seketika mulutku ditutupnya karena jam peajaran belum habis. “benar benar kau yaaa… aku tau mengapa semua orang tidak ingin duduk bersamamu, ternyata kau selain menyebalkan juga ngeselin banget”. “LOVE YOU” ujarnya dengan volume kecil dan membisikkannya di belakan telingaku. Aku tercengan kebingungan akan hal itu.” Jawab saja!! “ ujarnya dengan nada yang santai. Saat itu aku sangat bingung. Tapi senarnya laki-laki songong ini baik juga. Seketika aku berkata “LOVE YOU TOO”. “ hahhah ternyata kau menyukaiku hahah” kata-kata itu keluar dari mulut kampretnya itu. “siapa juga yang suka sama kamu? Hah? Ngaca dongg kamu itu udah jelek, dekil, kerjaannya telat mulu lagi” celetusku dengen nada tinggi. “santai.. itulah cocoknya kita.. kita sama-sama suka telat hahha” ujarnya dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak.
            Keesokan harinya, aku diserbu oleh ribuan kata-kata menyebalkan darinya. “astagaaaaaaa!!” sumpahh sangat menyebalkan. Laki-laki ini sangat menyebalkan. Dia mengirimkan ribuan kata yang sangat membuat hatiku meleleh dan menorehkan senyum di wajahku. “baguss yaa?” ujarnya. “bagus” ujarku.” Tenang cinta memang butuh proses, tidak perlu bingung memikirkan jawabannya, aku hanya ingin mendengar jawabannya ketika kita telah lulus nanti. Dari sejak bertemu denganmu aku menemukan suatu kecocokan dalam dirimu untuk diriku” ucapnya dengan bijak. Aku hanya bisa terdiam dan jiwaku seakan melayang. “semua tergantung pilihanmu aku hanya menunggu dan menjaga cintaku untukmu”. Mendengar kata-kata itu sampai saat ini 10 tahun setelah kelulusanku aku selalu bersama Reihan dan dua malaikat kecil bersama kehidupan kami.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar